Kemana Bangsa Romawi Sekarang
Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang.
Bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh Bangsa Persia pemeluk Majusi.
Berita Bangsa Romawi Dikalahkan oleh Bangsa Persia, Negeri yang Dekat dengan Kota Mekah, Tafsir Surat Ar Rum Ayat 2 (Sumber: freepik/frimufilms)
Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria.
Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma.
Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi.
Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal gaib yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.
Pada saat bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya.
Hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Mendengar berita ini, orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedangkan orang-orang yang beriman dan Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi yang menyembah api, jadi mereka menyekutukan Tuhan.
Orang-orang Mekah juga menyekutukan Tuhan dengan menyembah berhala.
Oleh karena itu, mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan.
Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena sama-sama menganut agama Samawi.
Oleh karena itu, kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politeisme yang mempercayai “banyak Tuhan”, atas agama Samawi yang menganut agama tauhid.
Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang kaum musyrik Mekah semakin bertambah.
Mereka mencemooh kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka juga akan hancur, sebagaimana kehancuran bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani.
Lalu ayat ini turun untuk menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, peperangan antara kedua bangsa itu berkecamuk kembali untuk kedua kalinya.
Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah tampak tanda-tanda kemenangan bangsa Romawi.
Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia.
Oleh karena itu, Ubay bin Khalaf ketika mengetahui Abu Bakar hijrah ke Medinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu ‘Abdurraḥmān, menjamin taruhan ayahnya, jika Persia menang.
Hal ini diterima oleh ‘Abdurraḥmān.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi memerangi kaum Muslimin, ‘Abdurraḥmān melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang.
Maka Abdullah bin Ubay menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:
pertama, pada tahun 622 Masehi, perang antara Romawi dan Persia telah berakhir dengan kemenangan Romawi. Akan tetapi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya ‘Abdurraḥmān minta jaminan pada waktu Ubay akan pergi ke Perang Uhud.
Kedua, peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah.
Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang canggih dan bangsanya pun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin, yaitu antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak, dan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain.
Orang-orang musyrik Mekah menganggap kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga karena sama-sama menganut politeisme.
Sedangkan kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebagai kekalahan mereka pula, karena merasa agama mereka berasal dari sumber yang satu.
Hal ini merupakan suatu faktor nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah.
Hal ini tampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf.
Harga unta seratus ekor sangat tinggi pada waktu itu, sehingga kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentu beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi pada waktu kekalahan itu dalam keadaan kocar-kacir.
sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang.
Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apa pun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan, dan sebagainya.
Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang.
Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan dan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya.
Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya.
Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan.
Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah.
Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu.
Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin.
Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia tidak ada harganya sedikit pun, karena hal itu merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan.
Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu masjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke dalamnya sambil berkata,
“Aku bertawakal kepada Allah,” lalu Nabi bersabda:
اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ. (رواه الترمذى عن انس بن مالك)
Ikatlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakal. (Riwayat at-Tirmiżī dari Anas bin Mālik )
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia.
Mereka bergembira karena:
1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrik Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Al-Qur’an.
2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia.
3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.
Itulah tafsir surat Ar Rum ayat 2 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).
Semoga artikel ini bermanfaat.
Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.
Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.
Tafsir Ringkas Kemenag
Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang.
Bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh Bangsa Persia pemeluk Majusi.
Berita Bangsa Romawi Dikalahkan oleh Bangsa Persia, Negeri yang Dekat dengan Kota Mekah, Tafsir Surat Ar Rum Ayat 2 (Sumber: freepik/frimufilms)
Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria.
Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma.
Halaman Selanjutnya :
Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi.
Bangsa Viking dikenal sebagai bangsa yang bar-bar, bangsa yang suka menjarah hingga mereka tak perduli dengan siapa yang dijarah. Yang penting tujuan mereka adalah harta berupa emas, perak dan sebagainya.
Mereka menjarah karena memang bagian dari tradisi, karena ladang dan pertanian di tanahnya sering terkendala cuaca.
Mereka ini menjarah eropa pada abad 8, dan sering disebut orang dari utara atau norsemen. Mereka menjarah hingga daratan Inggris, Prancis dan Italia bahkan sampai Mediterania, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Amerika Utara.
Bangsa ini sekarang berada di daerah Skandinavia, dimana perawakan mereka tinggi dan besar. Namun perlu di ingat Viking itu sebutan untuk orang Skandinavia yang suka menjelajah melalui laut dan juga menjarah negeri lain. Lalu bagaimana dengan mereka yang bertani dan tidak ikut menjelajah? Tidak disebut Viking.
Biasanya bangsa Viking berada di wilayah Swedia, Norwegia, dan Denmark. Ini yang terkenal menjelajah dan tidak beradab, karena dimasa itu eropa sudah lebih modern peradabannya. Termasuk di Spanyol yang dikuasai oleh khilafah Islam.
Dalam perjalanannya bangsa ini awalnya menjarah biara, hingga karena kekuatannya di medan perang dimanfaatkan oleh raja-raja Inggris yang terlibat perang saudara.
Di Inggris Kerajaan Wessex yang melawan Viking tanpa henti, sedangkan bangsa ini bermukim di wilayah York. Namun tidak hanya di Inggris mereka melakukan penjelajahan dan penjarahan hingga Prancis pada 842 M, berawal di Nantes hingga ke Paris, Limoges, Orleans, Tours, dan Nimes.
Di tahun 1066, adalah raja Viking terakhir, Harald Harada memimpin setelah ia dapat dikalahkan pasukan William di Inggris maka berakhir juga masa era Viking, karena kerajaan di skandinavia mulai meninggalkan agama lama mereka berganti dengan Kristen. Istilah Viking sudah berakhir namun bangsa Skandinavia berubah menjadi lebih modern, dan happines.
Dewa dalam mitologi Nordik, juga menjadi bagian dalam film garapan Marvel saat ini. Yaitu Odin, Thor, dan Loki sebenarnya masih banyak dewa dan dewi yang mereka sembah namun yang terkenal adalah 3 dewa diatas.
Saat ini Viking memang sudah tidak eksis lagi, namun bangsa skandinavia yang menjadi bagian leluhur Viking seperti Finlandia, Islandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia. Dimasa sekarang negara tersebut masyarakatnya paling bahagia di dunia.
Tahun 1970, ada konsep hygee prinsip yang memgutamakan kebahagiaan di tengah wilayah mereka yang cuacanya ekstreem. Maka pendidikan dan kesehatan yang terjamin, kepercayaan kepada pemerintah dan bisnis, dan kebebasan untuk membuat pilihan hidup itu semua menjadi kunci kehidupan negara skandinavia.
Apakah konsep nordik bisa diterapkan di Indonesia?
Susah! Karena, kalau mereka bekerja akan total dalam bekerja dan bila santai akan benar-benar rileks, dan mereka juga mengappresiasi orang-orang kreatif.
Kemudian, mereka juga percaya kepada pemerintah seutuhnya. Dan masyarakatnya rela membayar pajak yang lebih tinggi dari rata-rata.
Sedangkan di Indonesia mau santai masih mikirin utang pinjol, lah yang ada susah untuk rileks. Pajak menjadi momok yang menakutkan hingga banyak para pengemplang pajak, orang kreatif tak dianggap, apalagi masalah kerja banyak yang ingin kaya tanpa usaha. Belum lagi kepercayaan pada pemerintah yang kerjanya banyak ngawur, menjadikan sentimen negatif yang membuat Indonesia kurang bahagia, maka untuk bahagia di Indonesia hanya ada satu jalan yaitu "Korupsi".
Baik itu korupsi waktu, uang atau barang, hingga semua lapisan masyarakat melakukan tindakan ini secara sistematis. Dan lucunya mereka semua itu beragama dan berlindung dibawah nama Tuhan, karena asas di Indonesia harus percaya Tuhan namun kelakuannya lebih percaya kepada Setan.
Jadi gimana, cukup sulit sistem nordik untuk diterapkan di sini bukan!
Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
MaxPixel's contributors
Colosseum, salah satu peninggalan bangsa Romawi kuno di Italia
Bobo.id – Apa teman-teman tahu? Bangsa Romawi itu asalnya dari wilayah yang sekarang dikenal dengan nama negara Italia.
Beberapa negara di dunia diberi nama dari suku atau bangsa asli negara itu, teman-teman, misalnya seperti Prancis yang namanya berasal dari orang Franks di daerah itu atau negara Finlandia yang diberi nama dari orang Finn di sana.
Tapi, negara Italia tempat asalnya bangsa Romawi justru tidak memiliki nama yang mirip dengan kata ‘Roman’, justru ada negara lain yang bernama ‘Rumania’.
Asal Nama Negara Rumania
Rumania adalah negara yang terletak di Eropa Tengah dan Tenggara, teman-teman. Negara Rumania ini termasuk kelompok negara balkan.
Negara balkan adalah negara yang terletak di sekitar pegunungan Balkan dan semenanjung Balkan.
Nama ‘Romania’ berasal dari kata ‘Romanus’, teman-teman. ‘Romanus’ adalah bahasa Latin yang berarti penduduk Roma.
Namun, rupanya sebelum disebut ‘Rumania’ atau ‘Romania’ di dunia internasional, wilayah itu disebut ‘Dacia’.
Nama ‘Dacia’ sendiri berasal dari orang Dacia yang tinggal di sana.
Baca Juga: Diciptakan Oleh Bangsa Romawi Kuno, Ini Dia Asal-usul Nama Bulan dalam Kalender (Bag. 1)
Kisah Kerajaan Dacia dan Penjajahan Kekaisaran Romawi
Sekitar satu abad sebelum Masehi, Raja Dacia yang bernama Raja Burebista, membawa Dacia pada masa kejayaan, teman-teman.
Namun kemudian pada abad ke-1 masehi, kekaisaran Romawi kehabisan persediaan emas, dan mulai mencari emas ke luar wilayah kekaisaran Romawi.
Sebelum ini terjadi, bangsa Romawi sudah pernah mendengar tentang kerajaan Dacia.
Kemudian, bangsa Romawi mendengar bahwa kerajaan Dacia menambang emas di pegunungan yang ada di wilayah negaranya.
Pada tahun 101 Masehi, bangsa Romawi dibawah pimpinan Kaisar Trajan mulai menjajah Dacia dan menguasai kerajaan itu di tahun 106 Masehi.
Area itu kemudian dikenal dengan sebutan ‘Roman Dacia’.
Perlahan-lahan mulai banyak kebiasaan dan budaya bangsa Romawi yang dibawa ke sana, termasuk bahasa Latin yang jadi ibu bahasa Rumania modern.
Kemudian, nama negara itu berganti menjadi ‘Romania’ atau ‘Rumania’.
Jika Romania berarti 'penduduk Roma', kenapa Italia tidak diberi nama yang sama, ya?
Baca Juga: Kenapa Ada Banyak Kolam Air Mancur di Kota Roma, ya? Cari Tahu, yuk!
Nama Italia sendiri justru bukan dari bangsa Romawi, melainkan, suku Vitali yang tinggal di wilayah Calabria.
Calabria ini terletak di bagian ujung selatan wilayah Italia, teman-teman.
Awalnya nama itu diambil menjadi ‘Vitalia’ yang disebut berasal dari kata ‘Vitulus’ dalam bahasa Latin yang artinya ‘anak lembu berusia satu tahun’.
‘Vitalia’ sendiri dimaksudkan sebagai negeri lembu karena di area Calabria ada banyak lembu atau sapi.
Bangsa Romawi pun menggunakan nama itu untuk menyebut bagian selatan Italia pada masa itu.
Tapi lama-kelamaan seluruh negeri itu dikenal dengan nama ‘Italy’ atau ‘Italia’.
Jadi, Italia tidak disebut ‘Romania’ karena sejak awal bangsa Romawi juga tidak memberikan nama itu, teman-teman.
Baca Juga: Satu Gelondong Keju Parmesan Italia Harganya Mahal, Kenapa, ya?
Yuk, lihat video ini juga!
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Allah SWT menyebutkan Bangsa Romawi dalam Alquran surat ar-Rum ayat 2-4. Penyebutan ini tentu mempunyai sejulah rahasia.
غُلِبَتِ الرُّومُ فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
“Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” (QS Ar-Rum [30]: 2-4)
Ayat di atas, sebenarnya mengungkapkan tentang kekalahan bangsa Romawi atas Persia. Ketika itu, peperangan antara kedua bangsa itu terjadi di masa Rasulullah SAW, yakni sekitar tahun ke-8 Hijriyah.
Seperti diungkapkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Bangsa Persia dipimpin oleh Raja Sabur, dan Romawi dipimpin Heraclius. Saat peperangan berlangsung, Sabur berhasil mendesak Heraclius hingga membuatnya berlindung ke Konstantinopel.
Mendengar kekalahan bangsa Romawi, kaum Muslim bersedih, sebaliknya bangsa Persia bergembira. Sebab, bangsa Romawi memeluk agama Nasrani dan dikenal sebagai kelompok Ahlul Kitab, sedangkan Persia beragama Majusi, menyembah api dan berhala-berhala.
Maka, selama masa perlindungan itu, Romawi menyusun kekuatan untuk kembali melawan Persia. Hasilnya, tak berselang lama sejak kekalahan tersebut, kurang lebih 7-8 tahun (Bidh’i sinin), Romawi akhirnya mampu mengalahkan Persia, di negeri terdekat (Adna al-Ardhi), yakni di dekat Laut Mati.
Baca juga: 15 Pengakuan Orientalis Non-Muslim Ini Tegaskan Alquran Murni tak Ada Kesalahan
Penyebutan nama Romawi ini tentu memiliki makna tersendiri. Berikut ini beberapa fakta terkait dengan alasan mengapa Romawi disebutkan dalam Alquran.
1. Bangsa ini dikenal memiliki peradaban yang sangat tinggi. Dan, bukan hanya itu, salah satu surah dalam Alquran juga dinamakan dengan surah Ar-Rum [30]. Ini menunjukkan bahwa bangsa ini memang dikenal hebat dan terkenal sejak dahulu kala.
2. Romawi merupakan tempat kuno di Eropa yang menjadi sumber kebudayaan Barat. Bangsa Romawi terletak di Semenanjung Apenina, yakni Italia sekarang ini. Pada bagian sebelah Utara semenanjung Apenina bersambung dengan daratan Eropa yang terdapat pegunungan Alpen sebagi batas alam yang memanjang. Di sebelah Utara memisahkan Italia dengan Swiss dan Austria. Sedangkan di sebelah Barat Laut memisahkan Italia dengan Prancis dan sebelah Timur Laut dengan Yugoslavia.
3. Entah siapa yang pertama kali...
sumber : Harian Republika
Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.
Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.
Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.
Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.
Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,
Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.
Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.
Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,